Translate

Rabu, 01 Februari 2017

TEOLOGI ISLAM

KARAKTERISTIK ILMU TAUHID
            Islam terkecuali sebagai sebuah agama yang benar dan sempurna juga merupakan sumber ilmu pengetahuan. Kesempurnan islam terlihat dalam banyak aspek, baik bangunan teologinya maupun hukum-hukum yang diperoleh dari nilai-nilai yang terdapat di dalamnya. Istilah syirik, bid’ah, kafir, musryik, sunah, mubah, wajib, makruh, haram, sabab, syarat dan mani’ misalnya, hanya akan ditemui lebih banyak dalam khazanah keislaman. 
            Ilmu maupun persoalan akidah/ tauhid sebagai pondasi keislaman manusia mempunyai kharakteristik yang tidak lazim dimiliki oleh teologi agama dan kepercayaan selain islam. Diantara ciri khusus dalam permasalahan ini adalah sebagai berikut:

Ghoibiyah
Yang di maksud “ghaib” adalah apa yang tidak tertangkap dari panca indera manusia. Jika disandarkan kepada manusia, maka terbagi menjadi dua, relatif dan mutlaq. Disebut relatif manakala “ghaib” tersebut dibatasi oleh ruang dan waktu. Seperti ghaibnya anak yang tidak masuk kelas. anak itu disebut ghaib oleh teman-teman sekelasnya yang masuk, tetapi tidak disebut ghaib (nyata) oleh keluarganya yang di rumah. Adapun ghaib mutlaq adalah ghaib yang benar-benar tersembunyi dari panca inderanya, seperti wujud pahala, dosa dan lain sebagainya.
Aqidah Islam selain mengajak manusia untuk mempercayai sesuatu yang dapat diindera juga menyeru mereka untuk mempercayai hal-hal yang tidak mampu ditangkap (ghaib) oleh panca indera mereka. Berbeda dengan orang atheis yang hanya mau percaya kepada sesuatu yang terindra. Sebenarnya klaim orang atheis demikian tidak benar, bukankah mereka percaya kepada wujudnya akal meskipun akal tidak mampu diraba maupun diindra. Seharusnya ketika mereka menafikan sesuatu yang ghaib dengan alasan tidak mampu diindra, maka mereka juga harus menafikan wujudnya akal pada diri mereka sendiri, sebab tidak semua mahluk memiliki otak, tetapi disaat yang sama tidak semua orang yang memiliki otak memiliki akal, contohnya orang gila, mereka mempunyai otak tapi tidak berakal.
Sesuatu bisa saja wujud tetapi ghaib, atau bisa saja ghaib tetapi wujud, contohnya adalah adalah keghaiban syurga dan neraka, Ars, lauhul mahfudz, Allah SWT, dan lain-lain adalah contoh dimana keimanan seorang diuji kepercayaannya.

Syumuliyah (kesempurnaan)
Islam sebagai agama yang syumul (sempurna) berarti lengkap, dzn mencangkupi segala-galanya yang di perlukan bagi panduan hidup manusia. Kesempurnaan islam ini di tandai dengan Syumuliyah Az-zaman (sepanjang masa). Ini dibuktikan dengan ciri risalah nabi Muhammad SAW sebagai kesatuan dari penggabungan 2 (dua) fungsi sekaligus, yaitu hamba dan khalifah. hal ini membawa konsekuensi bahwa berakidah islam tidak hanya membentuk manusia yang shaleh secara individu semata, melainkan harus menjalankan kesalehan sosial yang tercermin pada sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kemiliteran, Aklak dan lain sebagainnya.

Karakteristik Tawazun
Tawazun Artinya keseimbangan. Ajaran-ajaran Islam seluruhnya seimbang dan memberi porsi kepada seluruh aspek kehidupan manusia secara proporsional. Tidak ada yang berlebihan atau kekurangan, tidak ada perhatian yang ekstrim terhadap satu aspek dengan mengorbankan aspek yang lain. Karena semua aspek itu adalah satu kesatuan dan menjalankan fungsi yang sama dalam struktur kehidupan manusia.
Ada keseimbangan antara bagian-bagian yang bersifat fisik (zahir) dan metafisik (gaib) dalam keimanan. Ada keseimbangan antara kecondongan kepada materialisme dan spiritualisme dalam kehidupan. Sehingga seorang yang bertauhid secara benar bukanlah orang yang meninggalkan dunia kemudian hanya mementingkan akhirat dan begitu juga sebaliknya.
Terkecuali daripada itu, keseimbangan di sini bisa meluas artinya sampai tercermin pada pemberian porsi yang cukup terhadap akal dan naql (nash-nash). Bahwa dalam beragama, seorang muslim tidak boleh serta merta hanya menggunakan nash-nash secara mentah tanpa ada kontribusi akal di dalamnya dalam memahami, begitu pula sebaliknya, seseorang tidak diperkenankan semata-mata menggunakan akal dalam beragama dan memahami agama, tetapi harus ada keseimbangan antara akal dan naql. Berakidah yang benar tidak menjadikan semata manusia mistis atau sebaliknya menjadi manusia rasionalis.

Tauqif dan Taufiq
Tauqif (berhenti) dan Taufiq (petunjuk) adalah kharakteristik yang tidak kalah penting dibanding 3 sebelumnya. Bahwa akidah islam dimana pembahasannya meliputi sesuatu yang di luar nalar manusia, seperti perkara-perkara ghaib misalnya, maka seorang muslim harus tauqif atau berhenti pada taufiq atau petunjuk yang ada tanpa ada campur tangan manusia di dalamnya. Sebab campur tangan manusia terhadap sesuatu yang di luar kemampuannya akan menjerumuskan manusia kepada penyelewengan agama. Visualisai tentang Tuhan misalnya, merupakan tindakan dilarang, sebab taufiq (petunjuknya) adalah bahwa manusia hanya dibebani untuk mengimani dan bukan memvisualisasi dzat Tuhan.
Contoh lainnya adalah guyonan anak-anak yang mempertanyakan pekerjaan Malaikat Isrofil sekarang ini apa?bukankah ia bertugas meniup sangka kala hari kiamat, padahal kiamat belum datang?. Anak-anak ini tidak tahu bahwa malaikat adalah sesuatu yang ghaib, dan sesuatu yang ghaib harus tauqif dalam taufiq (berhenti pada petunjuk). Petunjuk tentang pekerjaan Malaikat secara umum adalah ibadah dan beribadah. Sehingga jawabannya adalah ada dua kemungkinan, kemungkinan yang pertama adalah malaikat Israfil belum diciptakan saat ini, sehingga kalau belum diciptakan maka belum dikenai beban bekerja.
Adapun kemungkinan ke dua adalah jika ia sudah tercipat, maka pekerjaan Malaikat Israfil sekarang adalah sebagaimana kewajiban malaikat umumnya yaitu beribadah, sedangkan wujud ibadahnya bagiamana? Allah A’lam karena tidak ada taufiq (petunjuk) tentang itu maka kita harus taqif (berhenti).



0 komentar:

Posting Komentar