Translate

KI TOPO JOYO BINANGUN

HIDUPLAH DALAM GERAKAN KEBENARAN AGAR ENGKAU DIMASUKKAN DALAM GOLONGAN ORANG-ORANG YANG BENAR, MESKI SAAT INI KAMU BUKANLAH ORANG YANG BENAR.

Pantai Alexanderia Egypt

Demi masa, Manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Masa Laloe

Anda tidak mungkin lagi merubah masa lalu, yang mungkin anda lakukan adalah meratapinya atau mensyukurinya untuk pijakan menatap masa depan.

Benteng Sholahuddin Al Ayyubi Alexanderia

Bersama KH. Fathullah Amin LC.

Al Azhar Conference Center (ACC)

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 20 Juli 2017

Konco Kenthel

 “Konco kenthel itu adalah ketika sudah berada di titik tidak bisa saling menyinggung/ tersinggung”. Setidaknya kalimat inilah yang saya fahami dari makna persahabatan akrab dengan banyak kawan selama ini. Mas Ipan/ Fahd diantaranya, pemuda hasil asimilasi biologis Jawa dan Madura ini adalah salah 1 (satu) diantara banyaknya sahabat kenthel saya. 

Hampir 1,5 tahun lebih kami bertukar fikiran, baik tentang ilmu, pengalaman atau sekedar berbual-bual saat menunggu waktu pulang mengajar. Tapi dalam rentang waktu tersebut, tidak pernah ada satu gerak, bahkan satu huruf katapun yang keluar darinya  yang menyinggung perasaan saya. Pun begitu, alhamdulilah Mas Fahd tidak pernah tersinggung dengan gaya bicara saya yang sangat ceplas-ceplos, baik saat serius maupun saat bercanda.

Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan dari beliau. Disaat mayoritas anak muda lebih mendengarkan kata-kata temannya daripada orang tuanya, justru Mas Fahd adalah sosok yang sangat patuh dengan petuah ibunya, bahkan pernah beliau rela pulang malam-malam dari Hotel Horisan Batu saat acara Workshop kurikulum K13, padahal peserta lainnya menginap. Saya fikir, ini bukan persoalan anak emak atau bukan, tapi prinsip. Baginya anjuran ibunya untuk berada di Rumah adalah bakti yang tidak boleh dianggap sekedar anjuran, yang meskipun dia bisa juga bisa izin untuk tidak pulang. 

Sahabat yang pernah membawa saya Nonton Bioskop laga (dan itu adalah pertama kalinya dalam hidup ini saya masuk gedung bioskop ha ha ha) ini mempunyai pengabdian dan prinsip idealis yang tinggi dalam pendidikan. Ia rela menanggalkan statusnya sebagai dosen saat posisinya tersebut justru tidak mencerminkan pendidikan yang seharusnya di tempat mengajarnya. Mas Fahd justru rajin dengan motor maticnya datang dan pulang untuk mengajar anak-anak Mts & MA di dekat rumahnya. Metode mendidiknya pun terkesan uniqe, baik saat mengajar maupun memberikan soal ujian. 

Mas Fahd adalah salah satu guru yang setahu saya tidak pernah marah-marah secara verbal kepada para siswa, bahkan ia biasa mengajak dialog santai dengan sebagian siswa layaknya seorang sahabat. Guru yang tulisan-tulisannya sudah bertebaran di banyak media ini sering tawadlu’ di depan saya, menanyakan ini dan itu, tetek bengek persoalan yang saya fikir ia pun tahu. Ia adalah sosok orang yang ketika bertanya lalu mendengar dengan khidmat, dan saat menjelaskan diiringi dengan mimik yang serius.

Dan sayangnya, tulisan ini sangat tidak menarik untuk memvisualisasikan sosoknya yang menarik, tulisan ini juga begitu datar untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman saya bertukar fikiran dengan beliau. Maka saya ingin segera menutupnya dengan kata-kata doa “Selamat menikah Mas Fahd  semoga Sakinah Mawaddah Wa rahmah”.

Selasa, 18 Juli 2017

Teks Khutbah Idul Adha

MENCARI TELADAN*

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله 3
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah SWT...

Merayakan Idul Adha, berarti juga mengenang sosok  bapak para nabi, penghulu para Ulul Azmi, Khalilur-Rahman, Ibrahim AS. Beliau adalah satu-satunya Nabi yang namanya disebut-sebut oleh jutaan umat islam setiap harinya. Beliau juga satu-satunya nabi yang disandingkan dengan junjungan kita Nabi Muhammad SAW sebagiamana dibaca pada tahiyat akhir di setiap sholat:

اللهم صلى على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم فى العالمين إنك حميد مجيد
 
Hal ini tentu saja merupakan bukti bahwa kedudukan Ibrahim tidak bisa dianggap sebelah mata. Sehingga perlulah kiranya kita menengok sejarah kehidupan beliau sebagai ibrah/ pelajaran untuk kita bersama sebagaimana firman Allah SWT:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
 
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa Ibrahim AS adalah salah satu orang yang layak untuk dijadikan teladan bagi kita, keluarga kita maupun anak cucu kita dimana saat ini mayoritas umat kehilangan contoh maupun suri teladan.
 
Bukankah Anak-anak kita lebih kenal dengan nama-nama pemain sepak bola, anak-anak kita lebih faham biografi (kehidupan) para artis, anak-anak kita lebih akrab dengan permainan daripada belajar agama, lebih akrab dengan hape dan televisi daripada mengaji. bukankah anak-anak kita sudah terbiasa dengan budaya-budaya yang tidak sejalan dengan ajaran islam. Bahkan kita sendiripun tidak jarang yang seperti mereka. Ini harus menjadi keprihatinan kita bersama.
 
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah...
 
Inilah Ibrahim AS, sosok yang diceritakan Allah SWT di banyak tempat dalam al Qur’an. Pertanyaanya adalah apa saja persoalan yang dapat kita ambil dari keberadaan Nabiyullah Ibrahim?..bahkan Allah memilihnya daripada semesta alam, sebagaimana dalam firmanNya:
إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat.” (Ali Imran: 33)
 
Jama’ah Idul Adha yang dirahmati Allah SWT...
 
Ibrah/ pelajaran dari kehidupan Ibrahim begitu banyak, namun di sini akan kita ambil beberapa saja. Diantaranya adalah:
Pertama: layaknya para nabi dan rosul, beliau adalah sosok manusia yang istiqomah dalam kebaikan sejak usia muda hingga akhir usia (tua). Ini merupakan pelajaran bagi kita dimana terkadang sebagai manusia kita ini tidak istiqomah, ada manusia di usia muda menjadi orang baik-baik, tetapi saat usia tua menjadi orang yang tidak baik, atau sebaliknya di usia muda menjadi orang tidak baik, baru bertaubat setelah usia tua, dan bahkan ada juga sejak usia muda sampai usia tua tetap saja tidak berubah untuk menjadi baik.
 
Maka saat ini, saya mengajak diri saya pribadi dan segenap jama’ah, melalui moment mengenang kepribadian agung baginda Ibrahim AS di Id Adha ini, kita berusaha menjadi manusia-manusia yang istiqomah. Kalau saat ini kita masih muda dan dalam kebaikan, mari kebaikan ini kita lanjutkan sampai usia tua bahkan tutup usia. Seandainya kita belum bertaubat, mari segera bertaubat. Adapun seandainya saat ini kita sudah tua dan dalam kebaikan, golongan yang baik, orang-orang yang baik, masyarakat yang baik, aktifitas-aktifitas yang baik, mari ini kita istiqomah dan lanjutkan sampai ajal menjemput sehingga menjadi hamba-hamba yang khusnul khotimah.
 
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah...
 
Kedua: Ibrahim AS layaknya nabi dan rasul lainnya adalah orang yang sangat teguh dan istiqomah dalam mendakwahkan dan sekaligus mengamalkan kebenaran yang dibawanya. Bahkan beliau pernah dihukum bakar oleh raja zalim, Namrudz laknatulah ‘alayhi tetapi Ibrahim tetap berlanjut. Pertanyaannya adalah sudahkah kita seperti Ibrahim dalam mendakwahkan islam? Kepada teman, sanak kerabat bahkan keluarga kita? Ataukah kita belum berdakwah sama sekali? Lalu asyik dengan kehidupan kita sendiri.
Pertanyaannya, memang kita tidak disuruh menjadi Ibrahim AS, tetapi sudahkah kita istiqomah memegang teguh agama ini tanpa memperdulikan cobaan dan halangan yang merintang, atau kita sudah takluk dengan manusia-manusia di sekitar kita. Tidak berjilbab karena takut di diolok-olok teman, tidak sholat karena takut dipecat dari pekerjaan, tidak berani menghindar dari perbuatan syirik, dosa maupun maksiat lainnya karena takut tidak dapat teman/ tetangga? Sesungguh dalam pribadi Ibrahim AS ada tauladan yang baik, yaitu keteguhannya dalam menjalankan agama yang dibawanya.
 
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah...
 
Ketiga: Layaknya Nabi dan Rasul lainnya, Ibrahim melakukan ketaatan total kepada Allah SWT, hal ini bisa terlihat bagaimana beliau sami’na wa atho’na (saya mendengar dan saya taat) saat Alloh menyuruhnya untuk Hijrah ke negeri panas kering dan tandus, yaitu Makkah al Mukarramah. Bahkan dititik puncaknya, bukan hanya pernah dibakar oleh Namrudz, beliau bahkan diuji SWT untuk menyembelih anak satu-satunya, Ismail AS.
Pertanyaannya, memang kita tidak diminta menjadi Ibrahim AS, tetapi paling tidak sudahkah kita ini menjalankan perintah-perintah Allah dengan total hidup kita, atau hanya separuh, sepertiga, atau jangan-jangan hanya dari sisa sisa kehidupan kita. Mari kita lihat..
Apakah kita telah benar-benar mempersiapkan waktu kita untuk sholat saat hendak sholat, atau waktu sholat kita hanya berasal dari sisa-sisa pekerjaan kita, di ladang, di kebun, di kantor, di pasar dan lain sebagainya.
 
Apakah kita telah mempersiapkan dan meluangkan waktu dari 24 jam yang kita memiliki untuk mengaji, membaca firman-firman Allah atau hadis Rasulullah, atau waktu kita mengaji sekedar dari sisa-sisa waktu luang kita, ketika tidak ada pekerjaan, ketika tidak ada siaran Bola atau tidak ada acara TV yang menarik, ketika tidak ada arisan, ketika tidak perkumpulan A, B, C atau lainnya. Kalau benar seperti, berarti kita mengaji hanya sekedar kalau ada waktu luang, dan bukan benar-benar meluangkan waktu.
 
Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah...
 
Untuk menunjukkan ketaatan, memang kita tidak disuruh Allah SWT seperti disuruhnya Ibrahim untuk dengan putra semata wayangnya Ismail AS. Kita hanya disuruh menyembelih sebagian harta kita, berupa hewan Qurban, Zakat, infaq maupun shadakah. Tetapi pertanyaannya, apakah kita saat kita berqurban, saat kita berinfaq maupun bersodaqah memang benar-benar telah mempersiapkannya jauh-jauh hari dan mementingkannya, atau kita melakukannya sekedar dari sisa-sisa kita. Kita berqurban dari sisa membeli Mobil, merenovasi rumah atau menambah aset-aset harta kekayaan. Kita bersedekah menunggu sisa dari belanja hape, komputer, kulkas, atau peralatan elektronik lainnya. Kita berinfaq menunggu dari sisa-sia belanja baju kita, jajan kita, dan belanja-belanja lainnya. Jika benar-benar demikian, maka kita kurban kita, sedekah kita, maupun infaq kita adalah qurban, infaq, maupun sedekah sisa. Tentu sah-sah saja jika dilihat dari sudut pandang fiqh, tetapi berbeda jika dilihat dari sudut pandang adab. Yaitu Adab kita berbakti kepada Allah SWT
 
Jama’ah Id Adha yang dirahmati Allah..
 
Tiga (3) hal tadi adalah sedikit dari banyak contoh/teladan/ ibrah yang dapat kita ambil dari kisah Nabiyullah Ibrahim AS. Adapun khusus kaitannya dengan Qurban di Hari Raya ini, Rasulullah SAW bersabda dalam Hadis Ibnu Majah nomor 3114
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلُ اللهِ ص.م. قَالَ: مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقْرَبَنَّ مُصّلاَّنَا ـ رواه احمد و ابن ماجة

Artinya: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati tempat sholat Id kami.” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).
 
Mari, yang hari-hari ini mempunyai kelapangan, tidak terlilit hutang kebutuhan-kebutuhan primer/ asas/ dasar tidak terganggu, segera melaksanakan kurban, baik kambing ataupun unta dan sapi sebagaimana ter atur dalam hukum fiqh. Bagi mereka yang belum mampu menyembelih sapi dan kambing sebagai kurban, bisa merayakan dan belajar kurban melalui menyembelih ayam, bagi yang belum bisa menyembelih ayam, bisa membuat makanan dan minuman untuk mereka yang sedang membantu panitia kurban, bagi yang benar-benar tidak mampu secara materi, maka hendaknya mengkurbankan sebagian waktunya untuk membantu pelaksanaan kurban, ataupun ibadah-ibadah lainnya. Dengan demikian, ibadah kurban ini benar-benar mampu kita maknai dan hayati bersama, sehingga lebih bermanfaat bagi kita, keluarga kita, masyarakat kita, di dunia dan akhirat..aamiin aamiin ya rabbal ‘alamin.
 
*Insya Allah Disampaikan di pelaksanaan Idul Adha masyarakat Se Desa Balong-Kab.Ponorogo