Translate

KI TOPO JOYO BINANGUN

HIDUPLAH DALAM GERAKAN KEBENARAN AGAR ENGKAU DIMASUKKAN DALAM GOLONGAN ORANG-ORANG YANG BENAR, MESKI SAAT INI KAMU BUKANLAH ORANG YANG BENAR.

Pantai Alexanderia Egypt

Demi masa, Manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Masa Laloe

Anda tidak mungkin lagi merubah masa lalu, yang mungkin anda lakukan adalah meratapinya atau mensyukurinya untuk pijakan menatap masa depan.

Benteng Sholahuddin Al Ayyubi Alexanderia

Bersama KH. Fathullah Amin LC.

Al Azhar Conference Center (ACC)

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 29 September 2017

Pe Ka I

Oleh Umarwan Sutopo*

Salah satu  sejarah yang mungkin “enggak jelas” bagi generasi umur 30 tahun ke bawah adalah persoalan PKI. Apalagi mereka yang keluarga maupun lingkungannya tidak pernah secara langsung terlibat, baik menjadi korban ataupun pelaku kelam sejarah konflik 65. Maka tidak heran, banyak anak-anak muda sekarang bukan saja tidak tahu menahu bahwa PKI itu nyata atau sekedar legenda, bahkan mereka masih menerka-nerka bahwa PKI termasuk jenis mahluk apa?

Sehingga ketika term ini menghangat kembali, munculnya para pengamat politik dengan segala bidangnya untuk secara serius memikiran maupun sekedar membincang menjadi hal yang sangat niscaya. Uniknya di Indonesia selalu ada  pengamat-pengamat sejati yang kompetensinya tidak diragukan, maupun  sekedar pengamat seger waras, dan tulisan singkat ini adalah salah satunya. Spekulasi-spekulasi yang muncul dari para pengamat terkait hiruk-pikuk  PKI ini benar-benar membisingkan. Namun jika dirangkum dalam sebuah kesimpulan sementara, maka suara-suara itu setidaknya terbagi beberapa kelompok:

1.Wujud PKI sekedar persoalan maaf “kentut politik”, atau bagian dari politisasi golongan maupun oknum tertentu untuk meraih kuasa atau menutupi kebobrokan sebuah rezim (militer/ orde baru). Memang benar ia pernah ada, tetapi keberdaannya sekarang adalah ilusi belaka. Sekarang PKI tidak ada, baik secara ideologis, organisasi maupun massanya.

Anggapan ini pada akhirnya akan menghakimi para penolak faham komunis, terutama umat islam sebagai antek-antek orde baru maupun kaum oposisi pemerintah sekarang. Padahal jika mau berfikir jernih, kesimpulan semacam itu terlalu prematur. Jika dikatakan umat islam adalah antek-antek orde baru, justru umatlah yang dihajar orba dengan asa tunggalnya “pancasila”, pun peristiwa Tanjung Priuk menjadi saksi sejarah dimana posisi umat dan rezim saat itu. Jadi penolakan terhadap palu arit tidak serta merta bagian dari dukungan orba brow. Ini adalah persoalan benturan ideologis yang kaum komunis ternyata tidak mampu mendialogkan dengan kaum agama.

Golongan ini juga berfikir bahwa meskipun PKI pernah berwujud, tetapi wujudnya adalah dongeng ataupun rekasaya Orba belaka, yaitu cara keji Suharto untuk meraih kursi RI 1 saat itu bekerja sama dengan agen asing. Cara berfikir seperti ini sah-sah saja, tetapi untuk disimpulkan sebagai kebenaran terlalu naif, bahwa seandainya Pak Harto berada di balik G 30 S PKI, itu adalah kemungkinan. Artinya kemungkinan benar dan kemungkinan tidak. Tetapi bahwa PKI itu ada lalu melakukan kudeta itu adalah nyata, bukan lagi kemungkinan. Artinya, kenyataan keberadaan PKI dan aksi coupnya tidak bisa dianulir dengan sekedar asumsi/ kemungkinan bahwa Suharto adalah dalangnya. Jikapun ternyata kedua-duanya benar, yaitu PKI muncul dan kemunculannya dimanfaatkan oleh Pak Harto untuk meraih simpati rakyat, maka persoalannya adalah lain. Maksudnya adalah bahwa Pak Harto dengan segala tindakannya adalah sebuah hal yang berkonsekuensi hukum, begitu juga PKI dengan segalanya tindakannya adalah sebuah hal yang mempunyai implikasi.
Bersambung…








* Pengamat Politik  Seger waras alumni Hukum Tata Negara UINSA Surabaya.

Rabu, 27 September 2017

RENUNGAN

Sementara manusia berdebat tentang ilmu dan amal, tetapi terkadang melupakan bahwa ilmu bukanlah segalanya, meski segalanya persis membutuhkan ilmu. Ilmu memerangi kebodohan dan mengusir ketidak tahuan. Tetapi ia juga bisa menjadi sumber kekuatan yang terkadang kekuatan itu adalah awal dari bencana.

Kita sepakat bahwa manusia harus berilmu dan beramal. Namun ilmu dan amal tidaklah elok manakala tidak diselipkan diantara keduanya kejernihan hati. Kejernihan yang membuat kebijaksanaan atas pelaksanaan pengetahuan.

Kearifan muncul dari mereka yang dipenuhi dengan kejernihan hati, meskipun kekurangan dan kelaparan mendera, tetapi bagi mereka yang hatinya dipenuhi dengan noda-noda kebencian dan keserakahan, maka kekurangan dan kelaparan adalah sumber penyulut tindak kejahatan dan kerusuhan.

Kedamaian akan hadir di tengah kuasa yang dipegang oleh orang-orang yang berhati bersih, tapi tidak bagi mereka yang berhati jahat, justru ia adalah alat penindasan dan kezaliman yang sangat sempurna.


Allah A'lam.

Rabu, 13 September 2017

Catatan Koma

...al wadhifatu aksaru minal auqat..

Senin, 04 September 2017

Meneladani Muhammad Muda & Ibrahim*

                                                            Meneladani Muhammad Muda & Ibrahim
Sesi Pertama  : Anak-anak IPM

Beroganisasi di IPM bukan madal hayah (Seumur hidup) betapapun adek-adek cinta padanya, karena ada jenjang selanjutnya, semisal IMM, AMM dan lain sebagainya. Sebelum tahapan tersebut anak-anak IPM harus membekali pengetahuan, terutama terkait agama dimana lebih fokusnya lagi adalah figur Nabi Muhammad SAW. Sebab kalau sudah masuk tingkat mahasiswa, adik-adik ini akan bersinggungan dengan tokoh-tokoh revolusi, pemikiran maupun pergerakan Nasional maupun Internasional, semisal Fidel Castro, Karl Mark, Soekarno, Natsir, Mamatma Gandi, Nelson Mandela dan lain-lain.
Pribadi  Nabi Muhammad, kehidupan dan hal-hal yang berkaitan dengan beliau wajib menjadi konsumsi bacaan dan renungan adik-adik IPM.

Adik-adik IPM harus lebih tahu dengan Muhammad, daripada selainnya, baik tokoh agama, pergerakan, bahkan artis sekalipun. Muhammad adalah sosok pertama kali yang harus dirujuk. Cara berjalannya, makan, minum, berpakaian termasuk berfikirnya, kebiasaan dan lain-lainnya.Kaitannya dengan organisai IPM yang diisi oleh mayoritas anak-anak remaja dan muda, maka, masa remaja dan muda Nabi Muhammad menarik untuk direnungkan. Dari sekian persoalan kehidupan Muhammad remaja/ muda setidaknya ada beberapa catatan yang harus diperhatikan yaitu:

1.    Prihatin
Ditandai dengan wafatnya Abdulah (bapaknya) ketika dirinya dalam Kandungan. Kondisi yatim ini kemudian disusul dengan dipisahnya dirinya dengan keluarganya untuk berada dalam asuhan Halimah as Sa’diah. Berselang daripada itu, saat bersua dengan Ibunya, justru tidak berapa lama dalam usia yang masih belia 6 Tahun, Allah mengambil Ibundanya dalam perjalanan pulang setelah dari ziarah makam ayahnya. Kemudian Muhammad remaja diasuh kakeknya Abdul Muthalib. Dalam usia yang relatif singkat, kasih sayang kakeknya terputus karena wafat. Saat itu umur Muhammad Muda sekitar 10 Tahun. Baru kemudian pengasuhan beralih ke paman beliau hingga masa dewasa, yaitu Abu Thalib.

Hal ini menjadi pembelajaran bagi adik-adik, jika ada yang kondisinya memprihatinkan, sesungguhnya masa remaja Nabi Muhammad juga demikian. Namun demikian, keprihatinan beliau tidak membuatnya patah semangat, menjadi manusia lemah ataupun tidak berguna, justru itu semua adalah permulaan dari keharuman dan kebesaran sosok Muhammad.

2.    Aktif
Muhammad  muda dengan segala keterbatasan dan kelebihan yang ia miliki tidaklah menjadi anak yang pendiam, apatis, acuh tak acuh dengan situasi dan kondisi yang melanda kaum dan bangsanya. Justru beliau aktif dalam pendirian Hilful Fudul, Organisasi semacam paguyuban, paseduluran, maupun kerukunan  pemuda yang salah satu tugasnya adalah menjaga keamanan di Masjidil Haram. Salah satu yang melatari berdirinya organisasi ini adalah ketika salah satu pedagang asal Yaman di rampas dagangannya oleh Al Ash Ibn Al Wail, sementara itu ia tidak mempunyai sanak kerabat yang menolongnya, akhirna hilful fudul yang  menolong dan menyelesaikan persoalannya.

Adik-adik IPM harus aktif, bahwa dengan segala keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki, ia harus aktif baik sebagai anggota IPM maupun anggota organisasi lainnya. Keaktifan dalam organisasi tersebut harus membawa manfaat sebagaimana Muhammad Muda dalam Hilful Fudul. Jangan sampai membentuk/ ikut organisasi apapaun itu bentuk , nama dan jenisnya yang justru meresahkan masyarakat, mengganggu masyarakat, karena itu bertentangan dengan kepribadian Muhammad Muda.

3.    Kreatif
Muhammad Muda dengan segala keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki ternyata tidak membuatnya menjadi beban masyarakat, justru ia kreatif menggali potensi dirinya, melakukan apa yang bisa dilakukan, sampai-sampai beliau rela untuk menggembala kambing (ingah-ingah). Dan bahkan berdagang sampai ke luar negeri (Syam). Hal inilah kemudian yang kemudian menjadi wasilah Muhammad Muda menjadi orang terpandang sehingga mampu meminang saudagar kaya tanah Arab (Bangsawan) dengan mahar 100 ekor unta.

Hal inilah yang kemudian harus menjadi renungan sekaligus pelajaran buat anak-anak muda IPM, agar tidak gengsi ataupun pesimis. Kerjakan apa yang bisa dikerjakan, gunakan waktu luang untuk berwira usaha dan lain-lain agar tidak menjadi beban. Baik beban keluarga maupun masyarakat. Jangan malu untuk beternak, lebih baik ingah-ingah daripada ingah-ingih. Lebih baik belajar usaha daripada banyak gaya.

Bahasa Jawa aktif, kreatif dan inovatif erat dengan istilah sregep dan  prigel. Maksudnya selain daripada itu  adalah kalau sekolah ya sekolah yang bener dan sregep, kalau kuliyah ya kuliah yang sungguh-sungguh, kalau bekerja, juga bekerja yang baik.

Sesi Ke dua    : Untuk Umum (bapak-bapak & Ibu-ibu)

Kaitannya dengan moment Id Adha, maka ada nama yang tidak asing dengan kita adalah baginda Ibrahim AS. Pertanyaannya adalah siapa Ibrahim ini, sehingga beliau beserta keluarganya adalah orang yang paling banyak disebut dan satu-satunya nama yang disandingkan dengan Nabi Muhammad SAW. Hal ini sebagaimana dalam bacaan Tasyahud akhir. Terkecuali daripada itu, beliau juga satu-satunya Nabi yang digelari khalilulah (kekasih Allah). Juga merupakan abu al anbiya’ Bapaknya para Nabi (kalau Adam adalah bapaknya manusia). Hal ini karena Nabi-nabi setelah Nabi Ibrahim adalah merupakan anak cucunya, baik Ishaq yang menurunkan para Nabi Bani Israel, maupun Isma’il yang menurunkan penutup para Nabi, yaitu  Muhammad SAW. Sehingga kemuliaannya menurun sampai anak keturunannya. Beliau juga termasuk orang yang luar biasa, karena pernah dibakar tetapi tidak mempan.

Sekarang pertanyaannya adalah, bagaimana bisa terjadi begitu, orang yang mulia dan kemuliannya turun ke anak cucunya? Rahasianya apa?

Kalau kita lihat sejarah beliau, kemudian kita renungkan dengan mendalam, ternyata rahasianya adalah ketaatannya yang luar biasa kepada ALLAH SWT, keimanannya yang luar biasa kepada ALLAH SWT.  Ketaatan dan kepatuhan yang luar biasa ini yang kemudian menata hidupnya sedemikian cemerlang dan indah, menata keluarga dan anak cucunya yang mulia.
Contohnya adalah saat Baginda Ibrahim di sidang oleh Raja Namrudz tentang keimanannya, ia tidak bergeming sampai akhirnya dieksekusi dengan dibakar.

Ibrahim tidak sekali dua kali diuji ketaatannya, beliau bertahun-tahun memohon untuk diberi putra, tidak dikasih tapi tetap memohon, dan dikabulkan justru ketika beliau dan istrinya di usia senja. Belum lama kebahagiannya dengan menimang bayinya, tiba-tiba Allah menyuruhnya untuk meninggalkan bayi dan anaknya ke negeri tanpa tuan, tanpa penduduk, bahkan tanpa tanaman. Sebagaimana firmaNya dalam surat al Ibrahim ayat 37
                  ••     •    
37. Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur.

Tentu, ini bukan persoalan yang mudah, betapa beratnya ujian tersebut. Lalu kemudian setelah beberapa tahun beliau menjenguk putra dan istrinya, belumlah lama kerinduan dan kebahagiaan  menyelimuti Ibrahim AS, ia diuji lagi untuk menyembelih buah hati yang dirindukannya bertahun-tahun. Sebuah persoalan yang sulit dinalar oleh akal manusia. Hal ini sebagaimana diceritakan Allah SWT surat AS Shafat
                             
102. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".

Lihatlah betapa luar biasa Ibrahim dan keluarganya. Anaknya Ismail AS rela untuk disembelih karena ketaatannya kepada bapak dan ALLAH SWT, bapaknya juga rela menyembelih anaknya karena ketaatannya kepada ALLAH SWT. Tentu ini bukan persoalan yang mudah, bahkan nalar manusia biasa tidak bisa menjangkau.

Mari kita renungkan..seandainya saja seorang anak mau untuk disembelih, maka apatah lagi untuk sekedar disuruh ini dan itu, memasak, mencangkul, membersihkan rumah, mencari nafkah dan lain-lain. Begitu juga seorang manusia yang rela untuk menyembelih buah hati belahan jiwanya, maka apatah lagi jika mengkurbankan harta, ternak, tenaga dan lain sebagainya.

Mari kita renungkan, apakah anak-anak sekarang juga demikian? Ataukah sebaliknya, jangankan manut dan nurut, melainkan mungkin ada yang nolak/ menentang.
Apakah anak-anak sekarang juga demikian, ataukah sebaliknya, jangankan rela untuk disembelih, malah mau menyembelih, apalagi jika orang tuanya kurang memberikan kasih sayang, nafkah maupun perhatiannya.

Tetapi jangan kita selalu menyalahkan anak, mari kita merenung sudahkan iman kita kuat sebagaimana Ibrahim, atau paling tidak mengikuti Ibrahim. Sudahkah kita memohon dan memohon dalam setiap harinya kepada Allah, sudahkah kita berkorban untuk taat kepada ALLAH? Dst.

Ketaatan Ibrahim menjadi wasilah kekuatan iman, dan kekuatan iman ini yang menjadi wasilah berkahnya anak keturunan Ibrahim menjadi manusia-manusia yang mulia. Maka jika kita ingin mengambil ibrah/ pelajaran dari Ibrahim dan keluarganya, kita juga demikian, harus taat, dan taat itu kalau bahasa jawanya adalah tirakat.

Tirakat tentang apa? Tentu bukan puasa pati geni, ngorowot dan lain-lain, melainkan Tirakat tentang menjalankan perintah ALLAH SWT, puasa, sholat, zakat, dzikir dan lain-lain. Tirakat dengan menjahui larangan-larangan ALLAH SWT, tidak memakan harta haram, harta riba, menjahui zina, ghibah, dan lain-lain, kesemuannya itu adalah tirakat, yang sudah dijalankan oleh para salaf shalih sebagaimana Umar Bin Khotob yang begitu hati-hati terhadap kehalalan makanan keluarganya, dan ternyata ALLAH meninggikan Umar beserta keluarganya, beliau jadi raja umat islam, anaknya jadi ulama besar dan cucunya juga jadi khalifah.

Allah A’lam.

*Resume Pengajian Akbar yang disampaikan pada Baksos PD IPM Ponorogo , 3 September 2017 di Desa Pudak Wetan Kec. Pudak-Ponorogo.


Makna Qur’ban Dalam Kehidupan Sehari-hari


اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كثيرا وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وحده صدق وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الأحزاب وحده لااله الا الله وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وهو سيد البشر. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ

اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jama’ah Shalat Id Adha yang dirahmati Allah SWT...


Pembukaan
  1.      Mengajak Syukur diberi karunia kedamaian yang berlebih jika dibandingkan dengan muslim Uighur yang di jajah Komunis China, Damaskus/ Syiria yang perang saudara, Paletina yang di Jajah Zionis Yahudi dan yang terbaru muslim Rohingnya yang dibantai oleh orang-orang kafir. Diantara kesyukurannya adalah menjaga kedamaian Indonesia agar anak cucu kita umat  islam bisa menikmatinya dalam beribadah dengan tenang dan damai. 
  2. Sholawat 
  3. Ajakan Taqwa
Qurban merupakan satu diantara ibadah rutin yang tidak dilewatkan umat islam di Indonesia sebagaimana dilakukan oleh umat islam lain di penjuru dunia lainnya. Ibadah mulia ini berangkat dari peristiwa penyembelihan Nabi Ismail AS oleh baginda Nabi Ibrahim AS sebagai ujian seorang kepatuhan hamba kepada Allah SWT. Bahkan lebih jauh, sejatinya sejarah Qurban telah dimulai sejak zaman Adam AS, dimana 2 (dua) puteranya Habil dan Qabil diceritakan secara secara apik dalam surat Al Maidah: 27
                  •           
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah...
Kata taqwa dalam surat al Maidah ayat 27 tadi menjadi persoalan penting kaitannya denga pelaksanaan ibadah qur’ban, bahwa meski penyembelihan qurban dengan segala pernak perniknya, baik tentang hewan yang layak dikurbankan,tata cara, adab dan kesunahannya menjadi hal yang harus diperhatikan baik-baik, namun demikian, inti dari pengurbanan itu sendiri haruslah tidak boleh dilupakan. Karena jika merujuk pada ayat tadi, sesungguhnya inti dari pengorbanan adalah rasa taqwa yang tumbuh dalam hati. Ketaqwaan yang menggerakkan untuk berkurban, mengharap benar-benar keridhoan Allah SWT semata, bukan yang lainnya. Hal inilah yang kemudian oleh Allah SWT tegaskan kembali dalam firmannya surat al Haj ayat 37:
                          
37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
 الله اكبر الله اكبر
Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah...
Meski Ibadah Qurban sudah menjadi rutinitas kita, tetapi tidak boleh menjadi rutinitas belaka, melainkan kita harus menggali nilai-nilai yang ada di dalamnya. Jika kita renungkan dengan mendalam, maka sebenarnya ia mempunyai 2 (dua) dimensi (makna), yaitu khusus dan umum/ sempit dan luas
Pertama: Makna Sempit/ Khusus
Ibadah Qurban merupakan ibadah yang menjadi sarana peningkatan nilai spiritual (taqwa) dengan cara mengkurbankan kepemilikan harta kita melalui hewan ternak. Ibadah ini juga menumbuhkan sifat sosial (PENGERTIAN) terhadap sesama manusia dalam wujud pembagian daging hewan qurban. Bahwa mungkin sebagian kita memakan daging adalah hal biasa, tetapi bagi sebagian kita yang lainnya tidaklah demikian. Ada yang mungkin setiap hari bisa memakan daging, tetapi ada yang baru 1 minggu sekali, ada yang baru 1 bulan sekali, bahkan ada yang sesekali kalau pas ada perlu saja. Apalagi memang karena daging bukanlah makanan pokok kita sebagai orang indonesia. Maka ibadah Qurban memupuk rasa sosial terhadap sesama, berbagi kepada sesama.
Rosulullah SAW bersabda:
(( مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلا يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا. ))
“Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami.”.
Mari, yang hari-hari ini mempunyai kelapangan, tidak terlilit hutang,/ kebutuhan-kebutuhan primer/ asas/ dasar tidak terganggu, segera melaksanakan kurban, baik kambing, unta ataupun sapi sebagaimana diatur dalam hukum fiqh. Bagi mereka yang belum mampu menyembelih sapi dan kambing sebagai kurban, mari belajar kurban melalui menyembelih ayam, bagi yang belum bisa menyembelih ayam, mari belajar dengan membuat makanan dan minuman untuk mereka yang sedang membantu panitia kurban msalnya, adapun bagi yang benar-benar tidak mampu secara materi, maka hendaknya mengkurbankan sebagian waktunya untuk membantu pelaksanaan kurban, ataupun ibadah-ibadah lainnya.
الله اكبر الله اكبر
Jama’ah Shalat Id Adha yang dirahmati Allah SWT...
Kedua: Makna Luas/ Umum
Pemaknaan Qurban juga bisa dikembangkan dalam kontek (bidang) kehidupan masyarakat, berbangsa maupun bernegara. Mari bersama merenung terhadap sejarah kita, bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan rahmat Allah SWT yang diberikan,  lalu disambut dan diperjuangkan dengan pengorbanan tetesan air mata, peluh keringat maupun tumpahan darah para pejuang tanpa terkecuali. Perwujudan bangsa Indonesia juga diperoleh karena  masing-masing pendahulu bangsa saling menyembelih/ mengurbankan rasa ego kesukuan maupun golongan lalu meleburnya menjadi satu semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita sebagai bangsa indonesia. Maka sudah seyogyanya generasi sekarang, kita umat islam sebagai pewaris mayoritas bangsa ini untuk meneladaninya guna mewujudkan kerukunan, kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan di negeri ini. Kita ingin tinggalkan buat anak cucu kita, umat islam kedamaian, kemudahan, dan ketentraman dalam menjalankan syariat islam. Karenanya, memaknai hal ini maka Kaum/ suku/ organisasi/ golongan mayoritas (banyak) tidak boleh sewenang-wenang, bahkan harus bertoleransi/ tepo sliro dan menyayangi minoritas (kaum  yang sedikit), sebagaimana dicontohkan oleh salaf shalih  yaitu saat kaum Anshar Madinah (penduduk Asli Madinah) menyayangi  kaum Muhajirin (Para pendatang dari Makkah), sebagaimana juga dilakukan oleh para Khulafa’ Rosyidin di masa ke emasan Islam.
Pun begitu pula sebaliknya, kelompok minoritas, suku minoritas, ras minoritas, agama minoritas wajib menerima (tahu menempatkan diri/unggah-ungguh yang baik) terhadap adanya kelompok mayoritas beserta hak mereka.  Sehingga moment idul adha ini menjadi moment untuk bersatu meskipun dalam perbedaan. Seandainya kita umat islam bisa dan terbiasa untuk bersatu dalam perbedaan, maka betapa mudahnya untuk bersatu dalam persamaan.
Bukankah kita sama-sama menyembah kepada Tuhan yang sama, Allah SWT
Bukankah kita sama-sama beragama yang sama, Islam yang kita cintai ini
Bukankah kita sama-sama mempunyai kitab yang sama, Al Qur’an Al karimi
Bukankah kita meneladani, mengikuti dan mencari petunjuk dan panutan dari orang yang sama, baginda Muhammad SAW.

Allah Akbar, Allah Akbar..
Jama’ah Shalat Id Adha yang semoga dirahmati Allah SWT...
Setiap kita mempunyai ego, baik yang kita sadari atau tidak, maka memaknai Qurban lainnya adalah dengan memotong/ menyembelih dan mengurbankan ego kita, baik di rumah, di masjid, maupun di masyarakat. Dengan demikian, keluarga yang diisi oleh orang-orang yang saling menghargai (mengorbankan egonya), insya Allah akan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah, masjid yang diisi oleh jama’ah maupun takmir/ pengurus yang saling menghargai (saling mengorbankan egonya) maka Insya alloh akan menjadi masjid yang menyejukkan dan ramai/ makmur oleh para jama’ahnya, dan masyarakat/ negara yang diisi oleh orang-orang yang saling menghargai (berkorban) akan menjadi masyarakat/ negara yang baldatun, tayibatun wa rabbun goffur. Allah A’lam

Jama’ah Shalat Id Adha yang semoga dirahmati Allah SWT...

Demikian khutbah sederhana ini, tentang memaknai qurban dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sebagaimana tema yang disampaikan Panitia terhadap saya, semoga ibadah kurban ini benar-benar mampu kita maknai dan hayati bersama, sehingga lebih bermanfaat bagi kita, keluarga kita, masyarakat kita, di dunia dan akhirat..aamiin aamiin ya rabbal ‘alamin.


.Allah A’lam

Penulis Adalah Pengasuh Pondok Pesantren MBS Ponorogo