Translate

KI TOPO JOYO BINANGUN

HIDUPLAH DALAM GERAKAN KEBENARAN AGAR ENGKAU DIMASUKKAN DALAM GOLONGAN ORANG-ORANG YANG BENAR, MESKI SAAT INI KAMU BUKANLAH ORANG YANG BENAR.

Pantai Alexanderia Egypt

Demi masa, Manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Masa Laloe

Anda tidak mungkin lagi merubah masa lalu, yang mungkin anda lakukan adalah meratapinya atau mensyukurinya untuk pijakan menatap masa depan.

Benteng Sholahuddin Al Ayyubi Alexanderia

Bersama KH. Fathullah Amin LC.

Al Azhar Conference Center (ACC)

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 07 Juli 2019

Wolak Walike Zaman

Perkembangan teknologi terutama bidang media komunikasi memberikan banyak kemudahan.   Joni Phon Sen misalnya, setiap hari menyambung rindu  dengan Dewi Mejowati, Istri tercintanya. Jauhnya Korea dan Jawa tertembus dengan aplikasi WA dan pulsa internet 1 GB saja. Bertolak jauh dengan zaman Raden Abi Manyu, Raja Hayam Wuruk maupun Kang Paijo si pemilik ternak wedus.

Namun sebenarnya, terkadang cepatnya perputaran informasi justru berakibat buruk bagi kehidupan, atau setidaknya mengurangi kenyamanan. Manusia tersandera oleh kekuatan batery, wifi, kuota internet ataupun makhluk yang bernaman sinyal. Pesan-pesan WA keluarga, teman maupun urusan kerja yang tidak dibuka, atau dibuka tetapi tidak segera dibalas atau tidak dibalas sama sekali akan dinilai semacam tindakan kriminal, minimal kriminal etika. Dus manusia hampir seperti menjadi budak teknologi.

Berita-berita yang sebaiknya diterima saat sudah menjadi “basi”, justru menjadi momok karena terlalu cepat bisa diakses. Akhirnya muncul kesedihan yang bukan “pada waktunya”, atau justru gembira di “waktu yang salah”.

Maka tidak ada salahnya, dengan tanpa mengabaikan amanah kerja, tanggung jawab keluarga dan nilai persahabatan, kita sebagai manusia sesekali membuang itu semua. Jauhi area wifi, hentikan data atau yang ter-radikal lemparkan hape di bawah kolong meja, lalu apa?

Dekaplah anak dan pasangan kita, baca kembali kitab suci kita, nikmati keindahan alam di sekitar kita, atau sekedar berbaring sambil mengingat kebesaran Tuhan. Ada waktunya kita ber uzlah, menyepi, menyendiri dan menikmati itu semua, karena dalam kesunyian ada kesyahduan yang dapat dinikmati.

Allah A’lam.

Rabu, 03 Juli 2019

Pilihan & Anugerah

Kecerdasan adalah anugerah, namun kesungguhan untuk menjadi cerdas merupakan pilihan sekaligus perintah. Hal ini hampir semakna dengan statemen “Rupawan adalah Anugerah, tetapi berwajah cerah adalah perintah dan pilihan”. Pernyataan tersebut menyelipkan pemahaman bahwa dalam kehidupan manusia ada 2 (dua) hal yang harus disikapi berbeda, yaitu pilihan dan anugerah. Pilihan adalah sikap dan tindakan-tindakan manusia untuk mendapatkan anugerah (keberuntungan, kesuksesan, kejayaan), sementara anugerah adalah kondisi dimana manusia mendapatkannya baik dengan usaha maupun tanpa usaha sama sekali.

Manusia tidak dipaksa membuat atau bahkan menciptakan anugerah, namun ia diperintahkan untuk memilih jalan-jalan dimana anugerah tersebut dapat ditemukan. kaitannya dengan pendidikan, mereka yang menjadi pendidik maupun peserta didik diwajibkan bekerja keras untuk mewujudkan generasi yang cerdas/ berkualitas dengan segala tolok ukurnya. Para murabby tidak hanya menyampaikan pengetahuan namun juga memberikan keteladanan bahkan kalau perlu membelenggu  dan menyeret-nyeret para pencari pengetahuan di zona-zona kebenaran. 

Pada saat yang sama, mereka yang terdidik harus secara sabar meniti zona tersebut, apakah dengan kerelaan maupun keterpaksaan, dengan menangis terhiba-hiba atau tertawa secara sempurna. Saat kedua belah pihak telah melakukan pilihan terbaik, maka akhirnya…pasrahkan kepada Sang Maha Kuasa.

Mereka yang mendapatkan hasil memuaskan, jangan terlalu berbangga, ingat itu anugerah. Adapun bagi yang kenyataanya berbalik dengan keinginannya, jangan memaki kenyataan. Itu bukan solusi terbaik. Coba kembali renungkan, telusuri dimana kesalahan kita, insyafi, sesali kemudian taubati, itulah pilihan terbaik. Dan tidak ada yang tidak baik dari yang terbaik, meskipun itu berada dibalik kegagalan.

Allah A’lam.

Senin, 01 Juli 2019

Renungan

Sepulang dari sholat duhur di Masjid IAIN Ponorogo, berpapasan dengan 2 (ekor) burung perkutut cantik yang sedang bermain-main di selatan gedung Wathoe Dhakon, keduanya asyik sembari berjemur di atas rerumputan. Uniknya burung tersebut tidak terbang ketika dilewati sampingnya, tidak seperti burung-burung pada umumnya. Ada kebahagiaan tersendiri melihat satwa tersebut dengan damai bisa hadir dalam ruang-ruang dimana manusia sibuk di sana.

Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama, dari jauh tampak 2 (dua) anak mahasiswa mengintai keberadaan burung tersebut, dan salah satunya mengambil batu kecil sambil mengendap-endap. “Mas bene..mesakne”, Kataku. Ada kekhawatiran ketika batu itu mulai diarahkan ke hewan yang tak berdosa tersebut. 

Innalillah.. 
Kenapa manusia seperti itu?

Apa dosa hewan tersebut sehingga ketenangannya harus diusik?
Apa kesalahan hewan tersebut sehingga kedamaiannya harus diusir?
Tidak cukupkah dunia yang luas ini tempat bermain manusia, sehingga tidak ada sejengkal pun bagi mahkluk sekecil itu?
Tidak cukupkah? 
Masya Allah,.. 
Ada banyak kebahagiaan yang bisa diambil manusia tanpa harus membuat korban. 
Ada banyak kepuasan yang bisa dimiliki tanpa harus menyakiti apapun, bahkan mahluk yang bernama hewan sekalipun. 

Kita manusia harus menjadi makhluk penebar kebaikan dan kemaslahatan. Apalagi kita, orang orang awam yang dosanya dan pahalanya setiap hari berkejar-kejaran, harus tanpa bosan berusaha mengetuk pintu-pintu rahmatNya melalui banyak kebaikan. Membuang sampah pada tempatnya, menepati janji, memberi makan kucing, membiarkan burung-burung terbang dengan bebas, berkata-kata baik dan seterusnya, karena kita tidak pernah tahu dari pintu kebaikan mana Tuhan (Allah) memasukkan kita ke dalam syurgaNya. Allah A’lam.