Translate

KI TOPO JOYO BINANGUN

HIDUPLAH DALAM GERAKAN KEBENARAN AGAR ENGKAU DIMASUKKAN DALAM GOLONGAN ORANG-ORANG YANG BENAR, MESKI SAAT INI KAMU BUKANLAH ORANG YANG BENAR.

Pantai Alexanderia Egypt

Demi masa, Manusia dalam kerugian kecuali mereka yang beriman dan beramal shaleh serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Masa Laloe

Anda tidak mungkin lagi merubah masa lalu, yang mungkin anda lakukan adalah meratapinya atau mensyukurinya untuk pijakan menatap masa depan.

Benteng Sholahuddin Al Ayyubi Alexanderia

Bersama KH. Fathullah Amin LC.

Al Azhar Conference Center (ACC)

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 27 Juni 2019

RISALAH KELUARGA (2)

Perseteruan-perseteruan kecil yang terjadi dalam bahtera rumah tangga dalam batas yang wajar adalah romantika kehidupan, ia tidak bisa diusir, dibuang dan diasingkan ke ruang yang berbeda sama sekali, justru positifnya terkadang mampu membawa kemajuan berfikir, kedewasaan, pengetahuan maupun ekonomi.

Namun di batas-batas tertentu, hal tersebut bisa mencabut keberkahan rumah tangga. Manakala keberkahan dicabut, maka rumah-rumah megah, mobil-mobil mewah dan harta lainnya yang berlimpah tidak akan mendatangkan ketenangan hakiki, akan ada banyak isakan tangis pilu, tawa kebohongan maupun senyuman palsu.

Kebaikan dimanapun itu, dalam rumah tangga tanpa terkecuali akan kembali menjadi kebaikan betapapun kecilnya, baik di dunia akhirat, atau salah satu dari keduanya. Pun begitu dengan kezaliman yang tidak tertebus dan termaafkan.

Para suami yang gemar menzalimi istrinya hendaklah segera insyaf, karena altar pengadilan Tuhan (Allah) telah dipersiapkan, dengan sabar menanti telapak kakimu sampai di sana untuk di adili.
Para istri yang zalim pada suaminya, baik kerana  rupa, ilmu maupun hartanya, takutlah …karena setiap angkuhmu pada suamimu ada dosa-dosa yang siap dikalungkan.

Para suami/ istri yang mengalah, untuk kebaikan maupun kelangsungan rumah tangganya sebenarnya merekalah orang-orang perkasa, yang memiliki kebesaran hati dan kekuatan jiwa. Mengubah duka menjadi tawa, menyulap pilu menjadi bahagia dan memoles kesedihan dengan tulusnya senyuman.
Dekap mereka,  muliakan mereka, karena saat Tuhan (Alloh) merangkulnya dalam keharibaanNya, kamu tidak bisa berbuat apa-apa.

Allah A’lam. 

Jumat, 21 Juni 2019

Nyantri itu Keren

Pendidikan baik saat ini merupakan kebutuhan pokok bagi manusia pada umumnya hingga Indonesia tanpa terkecuali. Apalagi jika hal tersebut dikaitkan dengan persaingan global di saat ini. Lapangan pekerjaan yang sedikit semakin diperebutkan oleh para pencari kerja dengan perbandingan yang sangat tidak sesuai sehingga mengakibatkan pengangguran dimana-mana, apalagi yang paling parah adalah kerusakan moral anak-anak penerus bangsa, narkoba menjadi-jadi, perjudian, sex bebas serta bahkan lesbian, gay, biseksual dan transgender.
Oleh karenanya banyak para wali berani untuk membayar lebih guna memperoleh pendidikan yang baik. Sekolah-sekolah unggulan maupun kursus merebak dimana-mana. Namun sebenarnya yang harus fikirkan oleh orang tua adalah bukan tentang kecerdasan IQ saja, karena penelitian yang ada menyebutkan bahwa keberhasilan manusia tidak semata-mata berasal kecerdasan tersebut, namun ada faktor-faktor lainnya seperti Emotional Quotient dan lain lainnya.
Membincang persoalan pendidikan terunggul maka tidak bisa dilepaskan dari pembicaraan pondok pesantren sebagai salah satu lembaga pengajaran yang masih baik untuk menjadi perhitungan para siswa. Pondok merupakan satu-satunya lembaga pendidikan terlama di nusantara bahkan sebelum Indonesia lahir, sehingga telah banyak menelurkan alumni-alumni di belahan penjuru Indonesia. Terkecuali daripada itu, pesantren juga satu-satunya lembaga pendidikan yang proses pembelajarannya tidak dibatasi waktu, misalnya sejak jam 07.00 pagi sampai 12.00, melainkan 24 jam dalam sehari semalam.
Para Santriwati usai acara perpisahan
Kebaikan pendidikan pesantren bukan hanya karena faktor lamanya waktu pembelajaran dalam sehari semalam, namun juga disebabkan banyak hal pendukung lainnya dimana hal tersebut dapat dipetakan ke beberapa aspek. Pertama bahwa di pondok para santri mempunyai orang tua yang selalu berdekatan dengan dirinya, yaitu selain para guru dan ustadz, ada seorang pengasuh/ kyai pesantren yang tidak lain adalah sosok sentral di dalamnya.
hal lainnya adalah pembelajaran kedisiplinan yang terus menerus, para santri wajib mentaati semua peraturan yang ada baik berkaitan dengan tempat, di kamar mandi, di dapur, di kelas, di masjid, di kantin, di kamar tidur dan lain sebagainya. Selain peraturan tempat adalah peraturan uniform. Semua tempat dan kegiatan hampir mempunyai seragamnya sendiri agar kedisiplinan semakin terasah. Peraturan-peraturan yang tidak kalah uniknya adalah yang berkaitan dengan bahasa, dimana pada umumnya pesantren mewajibkan bahasa asing, dan ini merupaan keunggulan dunia pesantren.
keunggulan lainnya yang tidak dimiliki lembaga pendidikan pada umumnya adalah tolok ukur prestasi peserta didik. Bahwa kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor ukuran yang membuat dia bisa naik kelas atau bahkan lulus, melainkan ada faktor penunjang lainnya, yaitu budi pekerti. Sepintar apapun seorang siswa, jika ia tidak mempunyai budi pekerti yang baik maka dipastikan tidak akan memenuhi kriteria kenaikan kelas/ lulus. Bahkan tidak jarang di pesantren yang ada menambahkan faktor hafal al qur’an. So, Sekarang adalah menguatkan tekad dan menguatkan niat, segera belajar bersama kami Pondok Pesantren MBS Ponorogo yang merupakan salah satu pesantren di Ponorogo mengajak impian pendidikan anda menjadi kenyataan, anak-anak yang cerdas, berbudi luhur dan soleh soleha.

Senin, 17 Juni 2019

Muhammad Mursi *


Wafatnya Presiden terpilih Muḥammad Mursī ‘Īsá al-‘Ayyāṭ 17 Juni 2019 menyambung duka mendalam bagi sebagian umat islam di seluruh dunia. Betapa tidak, Mursi dengan segala kekurangannya adalah diantara sedikit pemimpin di dunia dengan kriteria yang mengesankan. Dari sudut pandang akademik, Ia meraih gelar sarjana dan magister di bidang teknik dari Universitas Cairo, adapun gelar PhD nya didapatkan di University Of Southern California , Amerika Serikat. Terkecuali daripada itu, karirnya di dunia pendidikan dimulai sebagai asisten profesor di California State University at Northridge dan pada tahun 1985 mengajar di  Universitas Zagazig Mesir.

Sisi lain dari seorang Mursi adalah kesederhanaannya, disaat pemimpin dunia pada umumnya bergaya hidup mewah beliau justru sebaliknya. Bahkan Naglaa, istrinya lebih suka disebut  sebagai "Pelayan Rakyat [masyarakat Mesir] daripada "Ibu Negara”, sebuah panggilan yang jauh dari diksi kemewahan. Dalam bidang agama, meski latar belakang pendidikannya berkaitan dengan teknik,  namun Mursi berikut keluarganya adalah seorang religious, bahkan konon hafal al Qur’an.

Pribadinya yang tidak bisa dilupakan begitu saja adalah sikap kepemimpinannya yang ramah kepada masyarakat, baik pendukung maupun oposisi. Tampuk kepemimpinannya diperoleh berbeda dengan kebanyakan pemimpin Negara-Negara Arab yang mayoritas monarki. Mursi dipilih dengan suka cita oleh separuh lebih penduduk Mesir secara demokrasi tanpa kekerasan apalagi kudeta. Saat demonstrasi berlangsung yang menuntut pengunduran dirinya, bisa saja kuasanya menjadi tangan besi sebagaimana rezim-rezim yang ada, tetapi beliau memilih jalan berbeda.

Akhir kehidupan seorang Mursi menorehkan kesedihan, bagaimana sebagian kelompok umat islam yang diperjuangkannya justru tidak bisa bersabar dipimpin oleh orang yang sabar, padahal nenek moyang mereka telah begitu pasrah ditindas oleh Fir’aun  Zalim masa lalu maupun Fir’aun-Fir’aun Modern. Sebagian lagi begitu gegap gempita atas penggulingannya, karena menganggap Mursi adalah pemimpin hasil sistem demokrasi terkutuk. Mereka lupa bahwa membangun peradaban yang baik butuh proses yang tidak segampang bermimpi, dan tidak secepat mengatakan “khilafah” adalah solusi.

Setelah bertahun-tahun dipenjara oleh orang yang justru dipilihnya menjadi menjadi komandan militer, kini sang Presiden itu telah kembali keharibaanNya, bersama itu pula doa-doa terpanjatkan. Mungkin Allah lebih sayang kepadaNya dari pada kita, lalu merengkuhnya dalam dekapan kasihNya.

Rabbena yukrimak fi ri'ayati rahmatih Ya Raisna...

*Catatan Renungan

Kamis, 13 Juni 2019

Kaffah Ber-Islam*

Konon diceritakan bahwa Abdullah bin Salam bersama para sahabatnya yang meskipun sudah memeluk islam masih terpengaruh oleh kebiasaan agama Yahudi seperti penghormatan terhadap hari Sabtu dan keharaman daging unta. Hal tersebut karena mereka mulanya berasal dari Yahudi Bani Nadhir di Madinah, akhirnya turunlah surat al Baqarah ayat 208:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ


Artinya, “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam. janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kalian,” (Surat Al-Baqarah ayat 208).” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhayli, At-Tafsirul Wajiz, [Damaskus, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], halaman 33).


Ayat tersebut di atas menegaskan perintah ber-islam secara kaffah, dimana arti kata ‘kaffah’ berarti seluruhnya tanpa kecuali. Namun demikian, pemaknaan dari keseluruhan ayat tersebut tidak terlepas dari perbedaan perbedaan yang ada. Sebagian orang mengartikan dengan dengan kembali ke Al-Quran dan hadits, bahkan termasuk pada level pembentukan negara Islam. Sebagian lagi mengartikan dengan pendekatan tata bahasa arab dimana kata ‘kaffah’ pada kalimat ini adalah hal.

2 (dua) kemungkinan makna ditemukan berkaitan dengan hal tersebut di atas, yaitu pertama “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu semua tanpa kecuali ke dalam Islam”. Ini terjadi manakala kata ‘udkhulu’ sebagai shahibul hal dari kata ‘kaffah’. Kedua adalah “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam seutuhnya.” Hal ini terjadi manakala shahibul hal adalah kata ‘fis silmi’.

Keluar dari beberapa pemaknaan di atas, makna kaffah saya pinjam untuk diilustrasikan dengan perwujudan manusia yang elok. Keelokan manusia tersebut ditunjukkan dengan memiliki beberapa hal, yaitu: nyawa, alas kaki dan tutup kepala, baju, celana dan ikat pinggang. Artinya, point-point tersebut harus ada. Tidaklah ia dikatakan sebagai manusia tanpa mempunyai nyawa, dan tidak pula dikatakan elok manakala hanya mempunyai nyawa, namun tidak berpakaian.

Islam Kaffah yang secara makna adalah sempurnya, setidaknya harus memenuhi syarat-syaratnya, yaitu pengamalan 5 (lima) rukun islam. Syahadat sebagaimana nyawa pada diri manusia, bahwa tidak mungkin disebut islam tanpa pelaksanaannya. Dan pengucapan/ pengikraran islam lewat syahadat meskipun sudah disebut muslim belumlah sempurna, ia perlu melakukan rukun islam lainnya, yaitu sholat, zakat, puasa dan haji bagi yang mampu.

Sholat bagaikan baju, zakat bagaikan alas kaki serta tutup kepala, puasa bagaikan celana, dan haji bagaikan ikat pinggang. Artinya, orang yang bersyahadat semata-mata namun tidak mau melakukan 4 (empat) rukun islam setelahnya bagaikan manusia hidup namun bertelanjang bulat. Ia tidaklah elok sebagai manusia/ tidak kaffah islamnya.

Lalu bagaimana dengan tingkatan iman?

Kualitas keimanan dapat dilihat dari kualitas pelaksanaan rukun islamnya sebagaimana kualitas ke elokan manusia (secara dhahir) dapat ditunjukkan dengan baju  yang bagaimana yang dipakai, begitu juga celana, ikat pinggang dan seterusnya. Bahwa setiap orang mungkin bisa memakai baju, tetapi kualitasnya bisa jadi tidaklah sama, begitu juga dengan iman dan islam dari pelaksanaan rukun rukunya.

Allah A’lam.

*Di Sampaikan Oleh Pengasuh Pondok Pesantren MBS Ponorogo.

Rabu, 12 Juni 2019

Munajat*



Dosa dosa dan pahala kita  berkejar-kejaran di setiap hari, namun mulut masih bisa tertawa terbahak bahak

Detik detik kematian semakin dekat, tetapi terkadang langkah kaki kita semakin menjauh dari RahmatNya

Syetan kita kutuk dalam doa-doa sepanjang waktu, tetapi perilaku kita mengikuti jejak-jejaknya


Allah...
tanpa TaufiqMU, dosa-dosa kami akan menutupi semua kesalehan yang pernah ada
tanpa Kasih SayangMu, tak ada harapan dapat mencicipi SyurgaMu..
KepadaMu kami kembali
KepadaMu kami berserah diri
di hari fitri bulan syawal ini





Oleh:
Umarwan Sutopo
Pengasuh Pondok Pesantren MBS Ponorogo.