Cinta dan
kebencian memiliki kesamaan, sama-sama melekat dalam bawah sadar seseorang. Masing-masing
orang yang membenci dan mencintai akan susah melupakan objek yang dicintai
maupun dibencinya. Ia akan teringat dan teringat dibanyak waktu dan kesempatan.
Keduanya mirip nyaris mirip, karena yang membedakan hanyalah dimensi cinta dan
kebencian itu sendiri.
Cinta dan
kebencian juga bisa terbangun dari satu hal yang sama, yaitu jarak. Ruang dan
waktu adalah jarak yang menumbuhkan cinta pun juga kebencian. Pepatah menarik dari
orang-orang Jawa “Witing tresno jalaran songko kulino” memiliki makna
bahwa rasa cinta bisa tumbuh karena kebiasaan. Kebiasaan saling bertemu,
kebiasaan saling menyapa, kebiasaan saling bersama. Kebiasan-kebiasaan itulah
yang menghilangkan jarak tidak suka, jarak kebencian dan menghapusnya menjadi
rasa cinta. Pepatah ini telah turun temurun dan menjadikan kearifan dalam
berumah tangga masyarakat Jawa selama bertahun tahun yang lalu. Mereka yang
lahir di tahun 50an ke bawah adalah diantara contoh nyata persoalan ini, betapa
banyak anak laki-laki dan perempuan yang dinikahkan tanpa saling mengenal
terlebih dahulu, tetapi toh mereka bisa mengarungi bahtera rumah tangga hingga
ber anak cucu. Kenyataan ini berbanding jauh dengan era sekarang, dimana banyak
rumah tangga yang hancur justru berasal dari mereka yang sudah mengenal dan
bahkan saling mencintai sebelum menikah.
Meski jarak
telah menjadi contoh betapa cinta bisa tumbuh karenanya, tetapi ia juga bisa
menjadi contoh dimana kebencian timbul. Manusia bukanlah hewan, dimana naluri
hewan akan saling bermusuhan saat bertemu, tetapi seiring dengan waktu mereka bisa
rukun dalam satu sangkar yang sama. Justru terkadang manusia bisa saling
menghormati dan bertoleransi di awal pertemuan dan bermusuhan dikemudian hari. Betapa
banyak pasangan yang bertengkar justru ketika mereka telah merasakan suka duka
kebersamaan yang lama. Jadi jarak bukanlah penentu cinta semata-mata, begitupun
halnya dengan kebencian. Ketiga-tiganya saling berkelindan, sehingga orang-orang
yang saling mencintai terkadang justru harus memunculkan jarak diantara mereka
agar rasa cinta selalu ada. Ketika jarak membatasi kebersamaan, disitulah akan
muncul kerinduan. Rindu untuk mengulangi masa-masa keindahan yang pernah ada.
Terkecuali daripada
itu, Kebersamaan (tanpa jarak) terkadang malah tidak menambah rasa cinta
melainkan bosan dan pada akhirnya munculah benih-benih kebencian. Maha Suci
Tuhan (Allah) yang menciptakan jarak bagi sebagian orang yang saling mencintai,
karena ternyata tidak semua cinta bisa berakhir dalam pertemuan raga. Raga mereka
berpisah tetapi hati mereka menyatu, menyatu dalam jarak yang memisahkan. Jarak
yang menjauhkan mereka justru mendekatkan jiwa-jiwa meraka. Mereka saling
merindukan, saling cinta meskipun pembuktiannya hanya mampu menyebutkan nama
dalam lafal-lafal doa yang panjang. Tetapi itulah cinta...bukankah cinta lebih indah meski terpisah, daripada kebencian dalam balutan kebersamaan.
Allah A’lam.
0 komentar:
Posting Komentar