Translate

Senin, 30 Januari 2017

AGAMA & POLITIK


TEOLOGI* Agama dan Politik*

Entah sejak kapan manusia ber-ijma’ bahwa politik adalah ruang kotor, tempat para badut dan bandit berebut kue kekuasaan. Meski tidak semua orang yang berada di dalamnya demikian, namun fakta sejarah perpolitikan yang menumbalkan banyak manusia seolah menegaskan bahwa politik dan ruang kotor adalah 2 (dua) sisi mata uang yang tak terpisahkan.

Hal ini tentu saja berbeda dengan agama, dimana ia adalah symbol kesucian yang dihuni oleh orang-orang shaleh. Oleh karenanya tidak mengherankan jika dengan dalih untuk menjaga kesuciannya, maka sebagian manusia mengharamkan seharam-haramnya persinggungan agama dengan politik.

Tetapi? Apakah sebuah kearifkan menjauhkan politik dari agama? Padahal agama (islam) adalah tuntunan semesta manusia?

Sebenarnya, menceraikan agama dengan politik dengan tidak ada pengecualian sama sekali hanya akan membuat politik semakin kotor, keji dan jahat. Semestinya, yang dilarang bukan semata-mata persinggungan keduanya, melainkan “menunggangi agama” untuk kepentingan politik. Selain itu, agama justru harus dihadirkan dalam ruang politik sebagai ruh dan filter. Manakala norma-norma agama yang kebaikannya tidak terbatas ruang dan waktu menjiwai para politikus, maka wajah politik akan berubah menjadi santun dan indah.

Maka, ber-agama-lah dan berpolitik, tetapi jangan beragama karena politik, karena itu adalah bentuk “penunggangan” terhadap agama, padahal agama bukan tunggangan, tapi tuntunan.
Allah A’lam. 

0 komentar:

Posting Komentar