“Tuan Guru, kapan waktunya hamba boleh membuka”. Kata seorang cantrik kepada gurunya pada pertemuan yang ke 40 kalinya sore itu.
“Kalau kamu sudah mampu menutupnya kembali anakku”.
“Kenapa, bukankah aku manusia, aku membuka hanya ingin melihat dunia, mengenal cinta dan memiliki sesuatu layaknya manusia lainnya Tuan Guru..”.
“Anakku, meski membuka bukan persoalan mudah, tetapi menutuppun tidak lebih mudah daripada membuka. Kamu harus belajar banyak nak…Ada yang banyak membuka matanya atas keelokan dunia, lalu ia silau dan tidak ingin menutupnya kembali, bahkan sampai akhirnya, usialah yang menutupnya kembali dengan paksa. Ada pula yang membuka hatinya untuk mengenal cinta, dan ia terpesona olehnya sampai-sampai cinta itu menutupi hatinya. Ada juga yang membuka keinginannya untuk menjadi ini dan itu, memiliki ini dan itu, lalu ia tidak mampu menutupnya kembali, sampai keinginan-keinginan itulah yang akhirnya membunuhnya sendiri “.
“Apakah kamu sudah mengerti Nak, sebagian pengetahuanmu terkadang membelenggumu, sebagian pengertianmu justru menyiksamu, dan diantara milikkmulah yang merenggutmu. Berhati-hatilah untuk tahu dan mengerti, untuk memiliki dan mendapatkan, sebab jika kearifanmu tidak mampu mengendarainya, itu semua adalah awal dari penyesalanmu. Menyesal karena telah mengerti, menyesal karena telah mengetahui, menyesal karena telah mendapatkan, dan menyesal karean telah memiliki”.
Tamat.






0 komentar:
Posting Komentar