“Konco kenthel itu adalah ketika sudah berada di titik tidak bisa saling menyinggung/ tersinggung”. Setidaknya kalimat inilah yang saya fahami dari makna persahabatan akrab dengan banyak kawan selama ini. Mas Ipan/ Fahd diantaranya, pemuda hasil asimilasi biologis Jawa dan Madura ini adalah salah 1 (satu) diantara banyaknya sahabat kenthel saya.
Hampir 1,5 tahun lebih kami bertukar fikiran, baik tentang ilmu, pengalaman atau sekedar berbual-bual saat menunggu waktu pulang mengajar. Tapi dalam rentang waktu tersebut, tidak pernah ada satu gerak, bahkan satu huruf katapun yang keluar darinya yang menyinggung perasaan saya. Pun begitu, alhamdulilah Mas Fahd tidak pernah tersinggung dengan gaya bicara saya yang sangat ceplas-ceplos, baik saat serius maupun saat bercanda.
Banyak pelajaran dan pengalaman yang saya dapatkan dari beliau. Disaat mayoritas anak muda lebih mendengarkan kata-kata temannya daripada orang tuanya, justru Mas Fahd adalah sosok yang sangat patuh dengan petuah ibunya, bahkan pernah beliau rela pulang malam-malam dari Hotel Horisan Batu saat acara Workshop kurikulum K13, padahal peserta lainnya menginap. Saya fikir, ini bukan persoalan anak emak atau bukan, tapi prinsip. Baginya anjuran ibunya untuk berada di Rumah adalah bakti yang tidak boleh dianggap sekedar anjuran, yang meskipun dia bisa juga bisa izin untuk tidak pulang.
Sahabat yang pernah membawa saya Nonton Bioskop laga (dan itu adalah pertama kalinya dalam hidup ini saya masuk gedung bioskop ha ha ha) ini mempunyai pengabdian dan prinsip idealis yang tinggi dalam pendidikan. Ia rela menanggalkan statusnya sebagai dosen saat posisinya tersebut justru tidak mencerminkan pendidikan yang seharusnya di tempat mengajarnya. Mas Fahd justru rajin dengan motor maticnya datang dan pulang untuk mengajar anak-anak Mts & MA di dekat rumahnya. Metode mendidiknya pun terkesan uniqe, baik saat mengajar maupun memberikan soal ujian.
Mas Fahd adalah salah satu guru yang setahu saya tidak pernah marah-marah secara verbal kepada para siswa, bahkan ia biasa mengajak dialog santai dengan sebagian siswa layaknya seorang sahabat. Guru yang tulisan-tulisannya sudah bertebaran di banyak media ini sering tawadlu’ di depan saya, menanyakan ini dan itu, tetek bengek persoalan yang saya fikir ia pun tahu. Ia adalah sosok orang yang ketika bertanya lalu mendengar dengan khidmat, dan saat menjelaskan diiringi dengan mimik yang serius.
Dan sayangnya, tulisan ini sangat tidak menarik untuk memvisualisasikan sosoknya yang menarik, tulisan ini juga begitu datar untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman saya bertukar fikiran dengan beliau. Maka saya ingin segera menutupnya dengan kata-kata doa “Selamat menikah Mas Fahd semoga Sakinah Mawaddah Wa rahmah”.







0 komentar:
Posting Komentar