Translate

Kamis, 03 Agustus 2017

KEBAHAGIAAN*

Hari ini saya  merenung… saat kelelahan bekerja mulai mendera dan membosankan, adakah kebahagiaan di balik rutinitas yang melelahkan ini?

Kemarin-kemarin, saat rindu memuncak dan cinta menyandera dalam kesendirian, kesepian atau bahkan keramaian, saya bertanya adakah kebahagiaan yang bisa saya ambil dari cinta dan rindu dengan segala kegilaannnya yang tercipta itu?

Esok-esok, orang yang sudah mulai atheis akan bertanya penuh heran, adakah kebahagiaan di balik penghambaan terhadap Tuhan?

Bukankah ada keindahan mawar di balik duri-durinya yang tajam, ada kelezatan di balik asamnya garam, dan ada kesehatan di balik baunya bau ketek?

Ah..ia benar, pasti ada kebahagiaan dan ada kenikmatan di sana. Kelelahan menyimpan kebahagiaan yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang mampu menangkapnya, lihatlah senyum seorang ibu yang mengusap kandungannya. Ia menikmati nikmat lelah yang tidak bisa dinikmati kecuali oleh mereka yang berharap untuk bisa mengandung.

Ada kebahagiaan dan kenikmatan di balik rindu dan cinta. Lihatlah, betapa rindu dan cinta menjadi bagian dari alasan untuk tabah menunggu, tabah untuk berharap, dan tak lelah untuk bermimpi, meski secara logika penungguan, pengharapan, dan impian itu mustahil, tetapi toh, orang yang merindu dan mencinta tidak pernah untuk berhenti.

Ada kebahagiaan dan ada kenikmatan di balik penghambaan, meski naluri manusia menolak menjadi hamba, karena penghambaan adalah bentuk ketertundukan, keterkungkungan dan kepatuhan. Tidak ada kebahagiaan dan kenikmatan yang diharapkan dari kehidupan seorang hamba. Tetapi lihatlah Para sufi saleh yang ter-jazdab oleh nikmatnya menghamba kepada Tuhan (Allah). Mereka menolak kenikmatan di balik kebebasan menjadi manusia merdeka, dan justeru mendapatkannya di balik penghambaan.

Allah A’lam.


*Renungan

0 komentar:

Posting Komentar