Translate

Senin, 04 September 2017

Makna Qur’ban Dalam Kehidupan Sehari-hari


اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (×3)اللهُ اَكبَرْ (×3
اللهُ اَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كثيرا وسبحان الله بُكْرَةً وَأصِيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وحده صدق وعده ونصر عبده واعز جنده وهزم الأحزاب وحده لااله الا الله وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَ للهِ اْلحَمْدُ
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلاَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ.
اللهُ اَكْبَرْ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ وَاَشْهَدٌ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وهو سيد البشر. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ

اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jama’ah Shalat Id Adha yang dirahmati Allah SWT...


Pembukaan
  1.      Mengajak Syukur diberi karunia kedamaian yang berlebih jika dibandingkan dengan muslim Uighur yang di jajah Komunis China, Damaskus/ Syiria yang perang saudara, Paletina yang di Jajah Zionis Yahudi dan yang terbaru muslim Rohingnya yang dibantai oleh orang-orang kafir. Diantara kesyukurannya adalah menjaga kedamaian Indonesia agar anak cucu kita umat  islam bisa menikmatinya dalam beribadah dengan tenang dan damai. 
  2. Sholawat 
  3. Ajakan Taqwa
Qurban merupakan satu diantara ibadah rutin yang tidak dilewatkan umat islam di Indonesia sebagaimana dilakukan oleh umat islam lain di penjuru dunia lainnya. Ibadah mulia ini berangkat dari peristiwa penyembelihan Nabi Ismail AS oleh baginda Nabi Ibrahim AS sebagai ujian seorang kepatuhan hamba kepada Allah SWT. Bahkan lebih jauh, sejatinya sejarah Qurban telah dimulai sejak zaman Adam AS, dimana 2 (dua) puteranya Habil dan Qabil diceritakan secara secara apik dalam surat Al Maidah: 27
                  •           
27. Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa".
Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah...
Kata taqwa dalam surat al Maidah ayat 27 tadi menjadi persoalan penting kaitannya denga pelaksanaan ibadah qur’ban, bahwa meski penyembelihan qurban dengan segala pernak perniknya, baik tentang hewan yang layak dikurbankan,tata cara, adab dan kesunahannya menjadi hal yang harus diperhatikan baik-baik, namun demikian, inti dari pengurbanan itu sendiri haruslah tidak boleh dilupakan. Karena jika merujuk pada ayat tadi, sesungguhnya inti dari pengorbanan adalah rasa taqwa yang tumbuh dalam hati. Ketaqwaan yang menggerakkan untuk berkurban, mengharap benar-benar keridhoan Allah SWT semata, bukan yang lainnya. Hal inilah yang kemudian oleh Allah SWT tegaskan kembali dalam firmannya surat al Haj ayat 37:
                          
37. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
 الله اكبر الله اكبر
Ma’asyiral Muslimin Rakhimakumullah...
Meski Ibadah Qurban sudah menjadi rutinitas kita, tetapi tidak boleh menjadi rutinitas belaka, melainkan kita harus menggali nilai-nilai yang ada di dalamnya. Jika kita renungkan dengan mendalam, maka sebenarnya ia mempunyai 2 (dua) dimensi (makna), yaitu khusus dan umum/ sempit dan luas
Pertama: Makna Sempit/ Khusus
Ibadah Qurban merupakan ibadah yang menjadi sarana peningkatan nilai spiritual (taqwa) dengan cara mengkurbankan kepemilikan harta kita melalui hewan ternak. Ibadah ini juga menumbuhkan sifat sosial (PENGERTIAN) terhadap sesama manusia dalam wujud pembagian daging hewan qurban. Bahwa mungkin sebagian kita memakan daging adalah hal biasa, tetapi bagi sebagian kita yang lainnya tidaklah demikian. Ada yang mungkin setiap hari bisa memakan daging, tetapi ada yang baru 1 minggu sekali, ada yang baru 1 bulan sekali, bahkan ada yang sesekali kalau pas ada perlu saja. Apalagi memang karena daging bukanlah makanan pokok kita sebagai orang indonesia. Maka ibadah Qurban memupuk rasa sosial terhadap sesama, berbagi kepada sesama.
Rosulullah SAW bersabda:
(( مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلا يَقْرَبَنَّ مُصَلاَّنَا. ))
“Barang siapa mendapatkan kelapangan tetapi tidak berqurban, maka janganlah dia mendekati tempat shalat kami.”.
Mari, yang hari-hari ini mempunyai kelapangan, tidak terlilit hutang,/ kebutuhan-kebutuhan primer/ asas/ dasar tidak terganggu, segera melaksanakan kurban, baik kambing, unta ataupun sapi sebagaimana diatur dalam hukum fiqh. Bagi mereka yang belum mampu menyembelih sapi dan kambing sebagai kurban, mari belajar kurban melalui menyembelih ayam, bagi yang belum bisa menyembelih ayam, mari belajar dengan membuat makanan dan minuman untuk mereka yang sedang membantu panitia kurban msalnya, adapun bagi yang benar-benar tidak mampu secara materi, maka hendaknya mengkurbankan sebagian waktunya untuk membantu pelaksanaan kurban, ataupun ibadah-ibadah lainnya.
الله اكبر الله اكبر
Jama’ah Shalat Id Adha yang dirahmati Allah SWT...
Kedua: Makna Luas/ Umum
Pemaknaan Qurban juga bisa dikembangkan dalam kontek (bidang) kehidupan masyarakat, berbangsa maupun bernegara. Mari bersama merenung terhadap sejarah kita, bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan rahmat Allah SWT yang diberikan,  lalu disambut dan diperjuangkan dengan pengorbanan tetesan air mata, peluh keringat maupun tumpahan darah para pejuang tanpa terkecuali. Perwujudan bangsa Indonesia juga diperoleh karena  masing-masing pendahulu bangsa saling menyembelih/ mengurbankan rasa ego kesukuan maupun golongan lalu meleburnya menjadi satu semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi kita sebagai bangsa indonesia. Maka sudah seyogyanya generasi sekarang, kita umat islam sebagai pewaris mayoritas bangsa ini untuk meneladaninya guna mewujudkan kerukunan, kemakmuran, kesejahteraan dan keadilan di negeri ini. Kita ingin tinggalkan buat anak cucu kita, umat islam kedamaian, kemudahan, dan ketentraman dalam menjalankan syariat islam. Karenanya, memaknai hal ini maka Kaum/ suku/ organisasi/ golongan mayoritas (banyak) tidak boleh sewenang-wenang, bahkan harus bertoleransi/ tepo sliro dan menyayangi minoritas (kaum  yang sedikit), sebagaimana dicontohkan oleh salaf shalih  yaitu saat kaum Anshar Madinah (penduduk Asli Madinah) menyayangi  kaum Muhajirin (Para pendatang dari Makkah), sebagaimana juga dilakukan oleh para Khulafa’ Rosyidin di masa ke emasan Islam.
Pun begitu pula sebaliknya, kelompok minoritas, suku minoritas, ras minoritas, agama minoritas wajib menerima (tahu menempatkan diri/unggah-ungguh yang baik) terhadap adanya kelompok mayoritas beserta hak mereka.  Sehingga moment idul adha ini menjadi moment untuk bersatu meskipun dalam perbedaan. Seandainya kita umat islam bisa dan terbiasa untuk bersatu dalam perbedaan, maka betapa mudahnya untuk bersatu dalam persamaan.
Bukankah kita sama-sama menyembah kepada Tuhan yang sama, Allah SWT
Bukankah kita sama-sama beragama yang sama, Islam yang kita cintai ini
Bukankah kita sama-sama mempunyai kitab yang sama, Al Qur’an Al karimi
Bukankah kita meneladani, mengikuti dan mencari petunjuk dan panutan dari orang yang sama, baginda Muhammad SAW.

Allah Akbar, Allah Akbar..
Jama’ah Shalat Id Adha yang semoga dirahmati Allah SWT...
Setiap kita mempunyai ego, baik yang kita sadari atau tidak, maka memaknai Qurban lainnya adalah dengan memotong/ menyembelih dan mengurbankan ego kita, baik di rumah, di masjid, maupun di masyarakat. Dengan demikian, keluarga yang diisi oleh orang-orang yang saling menghargai (mengorbankan egonya), insya Allah akan menjadi keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah, masjid yang diisi oleh jama’ah maupun takmir/ pengurus yang saling menghargai (saling mengorbankan egonya) maka Insya alloh akan menjadi masjid yang menyejukkan dan ramai/ makmur oleh para jama’ahnya, dan masyarakat/ negara yang diisi oleh orang-orang yang saling menghargai (berkorban) akan menjadi masyarakat/ negara yang baldatun, tayibatun wa rabbun goffur. Allah A’lam

Jama’ah Shalat Id Adha yang semoga dirahmati Allah SWT...

Demikian khutbah sederhana ini, tentang memaknai qurban dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, sebagaimana tema yang disampaikan Panitia terhadap saya, semoga ibadah kurban ini benar-benar mampu kita maknai dan hayati bersama, sehingga lebih bermanfaat bagi kita, keluarga kita, masyarakat kita, di dunia dan akhirat..aamiin aamiin ya rabbal ‘alamin.


.Allah A’lam

Penulis Adalah Pengasuh Pondok Pesantren MBS Ponorogo

0 komentar:

Posting Komentar