Bismillah
Ini adalah catatan-catatan sederhana, menutup kisah-kisah yang telah berlalu bersama waktu dan langkah-langkah yang telah terhapus masa. Penyesalan dari segala khilaf kepada semua anak-anak dan adik-adik yang pernah saya ajar. Diantara mereka ada yang sekedar kenal, akrab, dan bahkan dekat. Meminjam bahasa mengesankan dari sahabat yang mengesankan, “sedekat pintu dengan engselnya” katanya.
Sekira 3 (tiga) tahun ke belakang adalah masa dimana ada banyak yang saya sesali, terutama tentang cara mendidik anak-anak di beberapa sekolah yang pernah saya ajar. Surabaya, Sidoarjo dan terakhir Malang. Tahun-tahun itu adalah masa dimana saya “belajar” mengajar. Membotak, menendang, memukul, marah-marah, dan bentuk semisalnya yang pernah terjadi, ternyata terlalu koboy untuk dipraktekkan zaman now. Tidak serta merta salah memang, tetapi juga tidak benar sepenuhnya.
Kekhilafan-kekhilafan tersebut sebenarnya adalah lebih banyak dari faktor “ijtihad mengajar”, dimana salah satu orientasi pendidikan yang saya fahami adalah menyiapkan manusia-manusia yang bermental tangguh, jujur dan sebagainya. Dalam penghayatan saya, ketangguhan tidak bisa dibangun dari pendidikan yang “klelar-kleler”, sehingga tidak jarang sebagian mereka “terpaksa” tidak hanya dijatuh bangunkan dengan kata-kata, bahkan ada yang harus dipukul dan ditendang.
Mayoritas mereka yang terdidik di pesantren kurun waktu tahun 2000 ke belakang, hal tersebut biasa. Guru tidak masalah memukul anak yang memang harus dipukul, dan anakpun tidak merasa masalah dirinya dipukul, selesai maka selesai masalah. Murid tidak merasa dibenci gurunya saat dirinya dimarahi bahkan dengan kata-kata “goblok” sekalipun. Selesai, maka selesai juga masalah. Mereka “guru dan murid” rata-rata saling menyadari bahwa pendidikan bukan soal cerita-cerita indah, hadiah-hadiah menarik serta lagu-lagu yang menyenangkan. Tidak, tidak terbatas tentang itu, karena itu adalah masa-masa anak-anak play group berada.
Apapun itu, saya tetap yakin bahwa ada masa yang tepat untuk cara yang tepat dari orang yang tepat maupun untuk orang yang tepat. Kepada segenap anak-anak yang hatinya pernah terluka, kepada adik-adik yang perasaannya pernah tersayat serta orang-orang dekat atas cara yang tidak tepat, waktu dan tempat yang tidak tepat serta orang yang tidak tepat saya tidak bosan untuk meminta maaf dan berharap kalian menjadi orang-orang terbaik dimanapun dan kapanpu. Aamiin.